TUGAS KELOMPOK
ILMU SOSIAL DASAR
ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN
Disusun sebagai
salah satu syarat untuk menempuh mata kuliah Ilmu Sosial Dasar yang diampu oleh
: Dra. Sumiyatun, M.Pd
DISUSUN
OLEH KELOMPOK 6:
BILLY FAJAR OKTA A. NPM 12320015
FARIDA AKHMAD NPM
12320059
NOTTY ELMAR YUSUP NPM 12320035
NUR MAHARANI NPM
12320038
ZENI ARIMA NPM
12320010
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN
BIOLOGI
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH METRO
TAHUN
2013
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap Alhamdulillah hirabbil ‘alamin, puji dan syukur dipanjatkan Kehadirat
Allah SWT. berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ilmu
pengetahuan, teknologi dan kemiskinan tepat pada waktunya. Shalawat dan salam
kami haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. karena beliau membawa manusia
dari jaman kebodohan dan kegelapan kepada zaman yang terang benderang penuh
dengan berbagai ilmu.
Makalah ini
mencoba membahas mengenai apa itu ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan
serta kaitan ketiganya. Dalam kesempatan ini juga kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, khususnya
Ibu Eni, yang telah membimbing kami memahami konsep Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
Makalah ini
belumlah bisa dikatakan sempurna disebabkan keterbatasan ilmu yang kami miliki,
oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat diharapkan. Akhir
kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Amin.
Metro, 13 Maret
2013
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR
ISI ........................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A.
Latar Belakang ........................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C.
Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3
1. Ilmu
Pengetahuan ........................................................................... 3
2. Teknologi ........................................................................... 6
3. Kemiskinan ........................................................................... 10
4. Kaitan
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan.................................. 12
BAB III PENUTUP ........................................................................... 13
1.
Kesimpulan ........................................................................... 14
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara
tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan tidak mustahil kita akan
melihat ke masa lampau atau masa depan yang penuh dengan ketidakpastian. Yang
mungkin permasalahannya adalah kontinuitas dan perubahan, harmoni dan
disharmoni.
Bahasa “ilmu
pengetahuan” sudah lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun,
berbicara tentang pengetahuan saja akan menghadapi berbagai masalah, seperti
kemampuan kita dalam memahami fakta pengalaman dan dunia realitas, hakihat
pengetahuan, kebenaran, kebaikan, membentuk pengetahuan, sumber pengetahuan dan
sebagainya.
Teknologi
dalam penerapannya sebagai jalur utama yang dapat menyonsong masa depan, sudah
diberi kepercayaan yang mendalam. Dia dapat mempermudah kegiatan manusia,
meskipun mempunyai dampak sosial yang muncul sering lebih penting artinya
daripada kehebatan teknologi itu.
Kemiskinan
sendiri merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagai perjuangan yang
akan memperoleh kemerdekaan bangsa dan motivasi fundamental dari cita-cita
masyarakat adil dan makmur.
B. Rumusan Masalah
- Apakah yang
dimaksud dengan ilmu pengetahuan?
- Apakah yang
dimaksud dengan teknologi?
- Apakah arti
dari kata kemiskinan?
C. Tujuan Penulisan
- Mengetahui
definisi dari ilmu pengetahuan.
- Memahami
arti dari teknologi.
- Mampu
menjelaskan mengenai arti kata kemiskinan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan (science), siapa yang tidak mengenalnya ? Lalu apakah
sebenarnya yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan ? Jawabnya adalah semua
pengalaman yang berharga dan berguna selama hidup kita, baik yang didapat dalam
kehidupan sehari-hari, dari sesama umat manusia, dari buku-buku yang ada,
kesemuanya termasuk dalam ilmu pengetahuan.
Ilmu
pengetahuan lazim digunakan dalam pengertian sehari-hari, terdiri dari
dua kata, “ ilmu “ dan “ pengetahuan “, yang masing-masing punya identitas
sendiri-sendiri.
Secara etimologi kata ilmu dalam bahasa Arab “ilm” yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui.
Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu
pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial,
dan lain sebagainya.
Ilmu menjawab pertanyaan “why” dan “how” sedangkan
filsafat menjawab pertanyaan “why, why, dan why” dan
seterusnya sampai jawaban paling akhir yang dapat diberikan oleh pikiran atau
budi manusia.
Untuk
membuktikan pengetahuan itu benar, perlu berpangkal pada teori kebenaran
pengetahuan :
1. Pengetahuan
dianggap benar apabila dalil (proposisi) itu mempunyai hubungan dengan dalil
(proposisi) yang terdahulu.
2. Pengetahuan
dianggap benar apabila ada kesesuaian dengan kenyataan.
3. Pengetahuan
dianggap benar apabila mempunyai konsekwensi praktis dalam diri yang mempunyai
pengeahuan itu.
Ilmu
pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga komponen penyangga tubuh pengetahuan
yang disusunnya yaitu :
1) Ontologis
Epistemologis
hanyalah merupakan cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun
menjadi tubuh ilmu pengetahuan.
2) Epistemologis
Ontologis
dapat diartikan hakekat apa yang dikaji oleh pengetahuan, sehingga jelas
ruang lingkup wujud yang menajdi objek penelaahannya. Atau dengan kata lain
ontologism merupakan objek formal dari suatu pengetahuan.
3) Aksiologis
Komponen
aksiologis adalah asas menggunakan ilmu pengetahuan atau fungsi dari ilmu
pengetahuan.
Pengetahuan
muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali
benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan
sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya,
ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan
tersebut.
Langkah-langkah
dalam memperoleh ilmu dan objek ilmu meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan.
Dimulai dengan pengamatan, yaitu suatu kegiatan yang diarahkan kepada fakta
yang mendukung apa yang dipikirkan untuk sistemasi, kemudian menggolong-golongkan
dan membuktikan dengan cara berpikir analitis, sistesis, induktif dan deduktif.
Yang terakhir ialah pengujian kesimpulan dengan menghadapkan fakta-fakta
sebagai upaya mencari berbagai hal yang merupakan pengingkaran.
Pengetahuan
yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai
pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa
didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara
empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang
menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan
menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris
tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi
manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih
untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan
tentang manajemen organisasi.
Selain
pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui akal budi
yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih menekankan
pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya
pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan
didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah
pemikiran logis akal budi. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang
diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak
dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang
secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.
Ilmu
Pengetahuan adalah suatu proses pemikiran dan analisis yang rasional,
sistimatik, logik dan konsisten. Hasilnya dari ilmu pengetahuan dapat
dibuktikan dengan percobaan yang transparan dan objektif. Ilmu pengetahuan
mempunyai spektrum analisis amat luas, mencakup persoalan yang sifatnya
supermakro, makro dan mikro. Hal ini jelas terlihat, misalnya pada ilmu-ilmu:
fisika, kimia, kedokteran, pertanian, rekayasa, bioteknologi, dan sebagainya.”
Untuk mencapai
suatu pengetahuan yang ilmiah dan obyektif diperlukan sikap yang bersifat
ilmiah, yang meliputi empat hal yaitu :
a. Tidak
ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga menacapi pengetahuan ilmiah yang
obeyktif.
b. Selektif,
artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya didukung
oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada.
c. Kepercayaan
yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap indera dam
budi yang digunakan untuk mencapai ilmu.
d. Merasa
pasti bahwa setiap pendapat, teori maupun aksioma terdahulu telah
mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.
Permasalahan
ilmu pengetahuan meliputi arti sumber, kebenaran pengetahuan, serta sikap
ilmuwan itu sendiri sebagai dasar untuk langkah selanjutnya.
2.
Teknologi
Teknologi
adalah pemanfaatan ilmu untuk memecahkan suatu masalah dengan cara mengerahkan
semua alat yang sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan skala nilai yang ada.
Teknologi bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis serta untuk
mengatasi semua kesulitan yang mungkin dihadapi.
Selain
menimbulkan dampak positif bagi kehidupan manusia, terutama mempermudah
pelaksanaan kegiatan dalam hidup, teknologi juga memiliki berbagai dampak
negatif jika tidak dimanfaatkan secara baik. Contoh masalah akibat perkembangan
teknologi adalah kesempatan kerja yang semakin kurang sementara angkatan kerja
makin bertambah, masalah penyediaan bahan-bahan dasar sebagai sumber energi
yang berlebihan dikhawatirkan akan merugikan generasi yang akan datang.
Teknologi
tepat guna adalah suatu teknologi yang telah memenuhi tiga syarat utama yaitu :
a.
Persyaratan Teknis, yang termasuk di dalamnya adalah :
1)
Memperhatikan kelestarian tata lingkungan hidup,
menggunakan sebanyak mungkin bahan baku dan sumber energi setempat dan
sesedikit mungkin menggunakan bahan impor.
2)
Jumlah produksi harus cukup dan mutu produksi harus
diterima oleh pasar yang ada.
3)
Menjamin agar hasil dapat diangkut ke pasaran dan masih
dapat dikembangkan, sehingga dapat dihindari kerusakan atas mutu hasil.
4)
Memperlihatkan tersedianya peralatan serta operasi dan
perawatannya.
b.
Persyaratan Sosial, meliputi :
1)
Memanfaatkan keterampilan yang sudah ada.
2)
Menjamin timbulnya perluasan lapangan kerja yang dapat
terus menerus berkembang.
3)
Menekan seminimum mungkin pergeseran tenaga kerja yang
mengakibatkan bertambahnya pengangguran.
4)
Membatasi sejauh mungkin timbulnya ketegangan sosial
dan budaya dengan mengatur agar peningkatan produksi berlangsung dalam
batas-batas tertentu sehingga terwujud keseimbangan sosial dan budaya yang
dinamis.
Dalam konsep yang pragmatis dengan kemungkinan berlaku
secara akademis dapatlah dikatakan bahwa pengetahuan (body ofknowledge), dan teknologi sebagai suatu seni (state of arts) yang mengandung pengetian berhubungan
dengan proses produksi; menyangkut cara bagaimana berbagai sumber, tanah,
modal, tenaga kerja dan ketrampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan
produksi. Secara konvensional mencakup penguasaan dunia fisik dan biologis, tetapi
secara luas juga meliputi teknologi sosial, terutama teknologi sosial
pembangunan (the social technology of development)sehingga
teknologi itu adalah merode sistematis untuk mencapai tujuan insani (Eugene
Stanley, 1970).
Teknologi memperlihatkan fenomenanya dalam masyarakat
sebagai hal impersonal dan memiliki otonomi mengubah setiap bidang kehidupan
manusia menjadi lingkup teknis. Jacques Ellul dalam tulisannya berjudul “the technological society” (1964) tidak mengatakan teknologi
tetapi teknik, meskipun artinya sama. Menurut Ellul istilah teknik digunakan
tidak hanya untuk mesin, teknologi atau prosedur untuk memperoleh hasilnya,
melainkan totalitas metode yang dicapai secara rasional dan mempunyai
efisiensi (untuk memberikan tingkat perkembangan) dalam setiap bidang aktivitas
manusia. Jadi teknologi penurut Ellul adalah berbagai usaha, metode dan cara
untuk memperoleh hasil yang distandarisasi dan diperhingkan sebelumnya.
Fenomena
teknik pada masyarakat terkini, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
1)
Rasionalistas, artinya tindakan spontan oleh teknik
diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional.
2)
Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang
buatan tidak alamiah.
3)
Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan
rumusan dilaksanakan secara otomatis. Demikian juga dengan teknik mampu
mengeliminasikan kegiatan non teknis menjadi kegiatan teknis.
4)
Teknik berkembang pada suatu kebudayaan.
5)
Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling
berinteraksi dan saling bergantung.
6)
Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas
kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan.
7)
Otonomi artinya teknik berkembang menurut
prinsip-prinsip sendiri.
Teknologi yang
berkembang dengan pesat meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Luasnya
bidang teknik digambarkan sebagai berikut :
a)
Teknik meluputi bidang ekonomi, artinya teknik mampu
menghasilkan barang-barang industri. Dengan teknik, mampu mengkonsentrasikan
capital sehingga terjadi sentralisasi ekonomi.
b)
Teknik meliputi bidang organisasional seperti
administrasi, pemerintahan, manajemen, hukum dan militer.
c)
Teknik meliputi bidang manusiawi. Teknik telah
menguasai seluruh sector kehidupan manusia, manusia semakin harus beradaptasi
dengan dunia teknik dan tidak ada lagi unsur pribadi manusia yang bebas dari
pengaruh teknik.
Alvin Tofler
(1970) mengumpamakan teknologi itu sebagai mesin yang besar atau sebuah
akselarator (alat pemercepat) yang dahsyat, dan ilmu pengetahuan sebagai bahan
bakarnya. Dengan meningkatnya ilmu pengetahuan secara kuantitatif dan
kualtiatif, maka kiat meningkat pula proses akselerasi yang ditimbulkan oleh
mesin pengubah, lebih-lebih teknologi mampu menghasilkan teknologi yang lebih
banyak dan lebih baik lagi.
3. Kemiskinan
Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar,
ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.
Kemiskinan
pada dasarnya merupakan salah satu bentuk problema yang muncul dalam kehidupan
masyarakat, khususnya pada negara-negara yang sedang berkembang, tetapi tidak
berarti pada negara maju tidak ada orang yang miskin karena kemiskinan
merupakan masalah global.
Kemiskinan
bisa dikelompokan dalam dua kategori, yaitu:
1)
Kemiskinan absolut
Kemiskinan
jenis ini berhubungan dengan garis kemiskinan yang didefiniskan secara
internasional/regional/nasional. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set
standard yang konsisten, tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat/negara.
Bank Dunia mendefinisikan kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan
dibawah USD $1/hari.
2) Kemiskinan
relatif
Kemiskinan
relatif berhubungan dengan populasi terhadap distribusi pendapatan. Kemiskinan
jenis ini tidak berhubungan dengan garis kemiskinan, tetapi bersumber
dari perspektif masing-masing orang, yaitu karena orang tersebut merasa miskin.
Kemiskinan realatif bisa menimpa siapa saja. Satu contoh, bila anda
seorang pegawai dengan pendapatan 5 juta perbulan misalnya, suatu hari anda
mengetahui bahwa rekan anda yang se-level dengan anda, memiliki pendapatan yang
nilainya 3x lipat dari anda. seketika anda merasa marah, geregetan. Pada
kondisi tersebut anda telah mengalami kemiskinan relatif.
Sedangkan
kemiskinan menurut pendapat umum dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok,
yaitu :
- Kemiskinan
yang disebabkan aspek badaniah atau mental seseorang. Pada aspek badaniah,
biasanya orang tersebut tidak bisa berbuat maksimal sebagaimana manusia
lainnya yang sehat jasmani. Sedangkan aspek mental, biasanya mereka
disifati oleh sifat malas bekerja dan berusaha secara wajar, sebagaimana
manusia lainnya.
- Kemiskinan
yang disebabkan oleh bencana alam. Biasanya pihak pemerintah menempuh dua
cara, yaitu memberi pertolongan sementara dengan bantuan secukupnya dan
mentransmigrasikan ke tempat hidup yang lebih layak.
- Kemiskinan
buatan atau kemiskinan struktural. Selain disebabkan oleh keadaan pasrah
pada kemiskinan dan memandangnya sebagai nasib dan takdir Tuhan, juga
karena struktur ekonomi, sosial dan politik.
Penyebab
kemiskinan kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
- Penyebab
individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari
perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin.
- Penyebab
keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga.
- Penyebab
sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan
dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan
sekitar.
- Penyebab
agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain,
termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi.
- Penyebab
struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari
struktur sosial.
Usaha
memerangi kemiskinan salah satunya dapat dilakukan dengan cara memberikan
pekerjaan yang memberikan pendapatan yang layak kepada orang-orang miskin.
Karena dengan cara ini bukan hanya tingkat pendapatan yang dinaikkan, tetapi
harga diri sebagai manusia dan sebagai warga masyarakat dapat dinaikkan seperti
warga lainnya. Dengan lapangan kerja dapat memberikan kesempatan kepada mereka
untuk bekerja dan merangsang berbagai kegiatan-kegiatan di sektor ekonomi
lainnya.
Tanggapan
utama terhadap kemiskinan adalah sebagai berikut.
- Bantuan
kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah
menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.
- Bantuan
terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk
mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman,
pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.
- Persiapan
bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang
miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang
dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua
atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin,
seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.
4. Kaitan Ilmu Pengetahuan,
Teknologi dan Kemiskinan
Ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal yang tak terpisahkan dalam
peranannya untuk memenuhi kebutuhan insani. Ilmu pengetahuan digunakan untuk
mengetahui “apa” sedangkan teknologi mengetahui “bagaimana”. Ilmu pengetahuan
sebagai suatu badan pengetahuan sedangkan teknologi sebagai seni yang
berhubungan dengan proses produksi, berkaitan dalam suatu sistem yang saling
berinteraksi. Teknologi merupakan penerapan ilmu pengetahuan, sementara
teknologi mengandung ilmu pengetahuan di dalamnya.
Ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya, keduanya menghasilkan suatu
kehidupan di dunia (satu dunia), yang diantaranya membawa malapetaka yang belum
pernah dibayangkan. Oleh karena itu, ketika manusia sudah mampu membedakan ilmu
pengetahuan (kebenaran) dengan etika (kebaikan), maka kita tidak dapat netral
dan bersikap netral terhadap penyelidikan ilmiah. Sehingga dalam penerapan atau
mengambil keputusan terhadap sikap ilmiah dan teknologi, terlebih dahulu
mendapat pertimbangan moral dan ajaran agama.
Ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan bagian-bagian yang dapat dibeda-bedakan,
tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi dengan
sistem-sistem lain dalam kerangka nasional seperti kemiskinan.
Dalam hal
kemiskinan struktural, ternyata adalah buatan manusia terhadap manusia lainnya
yang timbul dari akibat dan dari struktur politik, ekonomi, teknologi dan
sosial buatan manusia pula. Perubahan teknologi yang cepat mengakibatkan
kemiskinan, karena mengakibatkan terjadinya perubahan sosial yang fundamental.
Sebab kemiskinan diantaranya disebabkan oleh struktur ekonomi, dalam hal ini
pola relasi antara manusia dengan sumber kemakmuran, hasil produksi dan
mekanisme pasar. Kesemuanya merupakan sub sistem atau sub struktur dari sistem
kemasyarakatan. Termasuk di dalamnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kami gambarkan
sebuah contoh, rata-rata orang yang hidup di bawah garis kemiskinan belum dapat
membaca maupun menulis. sedangkan salah satu cara memberantas kemiskinan adalah
dengan ilmu pengetahuan. Dengan dapat membaca dan menulis, seorang pemulung
sampah bisa berkesempatan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan
menghasilkan banyak uang. Dengan ilmu pengetahuan, dapat merubah seorang
pengamen untuk berpikir dan memulai membuka suatu usaha/wiraswasta.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Ilmu
Pengetahuan adalah suatu proses pemikiran dan analisis yang rasional,
sistimatik, logik dan konsisten. Hasilnya dari ilmu pengetahuan dapat
dibuktikan dengan percobaan yang transparan dan objektif.
- Teknologi
adalah pemanfaatan ilmu untuk memecahkan suatu masalah dengan cara
mengerahkan semua alat yang sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan skala
nilai yang ada.
- Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan
dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan
kesehatan.
- Ilmu
pengetahuan, teknologi dan kemiskinan memiliki kaitan struktur yang jelas.
Bagi siapa saja yang bisa menguasai IPTEK maka ia akan bisa maju dan
berkembang di era globalisasi sekarang ini. Dan bagi yang tidak bisa
menguasai IPTEK maka akan tertinggal jauh oleh pesatnya perkembangan
zaman. Bila perkembangan zaman terus melaju pesat sedangkan ada masyarakat
yang buta dengan IPTEK maka mereka akan tertinggal dan mungkin saja bisa
menjadi miskin karena cara lama yang mereka gunakan sudah tidak efektif
dan efisien lagi di zaman sekarang ini.
DAFTAR PUSTAKA